Monday, 10 May 2010

Rumahku bukan Istanaku

Sehari ku diam di sudut ruang hitam
Penuh gores sayatan pisau menghujam raga
Jantung penuh debar tatkala ujung demi ujung menembus kulit
Meneteslah air mata bercampur darah penuh nista

Rumahku bukan lagi istanaku
Ketika kudapati satu demi satu orang meninggalkanku
Ketika kunikmati semangkuk dan sepiring hati tanpa rasa
Satu tegukan lagi, dan berakhirlah semua penantian ini

Ego telah menelan semua tawa dan canda rumahku
Nafsu telah membakar hati penuh senyum
Amarahku bukanlah obat penghias rumahku
Namun senyumkupun tak mampu lagi menangkap yang telah pergi

Rumahku tak lagi istanaku
Rumahku hampir menjadi nerakaku

Kumohon, hapuskanlah egoku
dan kembalikan istanaku